watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

WANITA KARIER

Entah kenapa, semakin aku sering melakukan
Making Love dengan seseorang, membuat
kehidupan sex aku bersama istriku semakin
romantis saja. Dan entah semua itu semakin bisa
aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak
dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku
lagi mood, tidak jarang setelah siangnya atau
sorenya aku melakukan dengan teman
kencanku, malamnya aku ganti menservice
istriku.
Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan
dalam urusan bercinta. Ditambah pengetahuan
sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-
buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di
kantor, membuat aku semakin bisa menyelami
tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar
fasih dalam menerjemah apa yang aku dapat
dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti
dengan keluarnya banyak pujian dari para teman
making love aku. Rata-rata mereka sangat puas
saat bercinta denganku, dan mereka
menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu
yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan
dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan
seorang ibu rumah tangga, yang entah
bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut
mengetahui nomor cellulerku.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa
istirahatku di kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi.
“Hallo, selamat siang Dandy” suara perempuan
yang manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Maya” kata perempuan tersebut
mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP saya
darimana ?” tanyaku menyelidik.
“Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat
nomor kamu” jelasnya.
“Ooo, Mbak Via” kataku datar.
Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya
yang berjudul Kisah bersama Ibu Muda. Via
seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’
kehidupan sex aku.
“Gimana khabar Mbak Via ?” tanyaku.
“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas
Maya.
Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol
layaknya orang yang sudah kenal lama. Suara
Maya yang lembut dan manja, membuat aku
menerka-nerka bagaimana bentuk fisik dari
wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk
fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.
“Hallo… Dandy, kamu masih disitu ?” tanya
Maya.
“Iya… iya Mbak…” kataku gugup.
“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya ?” tanyanya
menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Maya tuh”
celetukku.
“Masa sih… Jadi GR nih” dengan suara yang
menggoda.
“Dandy, boleh kan kalau aku mau ketemu
kamu ?” tanya Maya.
“Boleh aja Mbak… Dengan senang hati” jawabku
semangat.
“Oke deh, kita mau ketemuan dimana ?”
tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Dandy ngikut aja” jawabku
pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso
di Tunjungan Plasa” katanya.
“Oke, sampai nanti Dandy… Aku tunggu jan
18.00″ sambil berkata demikian, HP nya
langsung off.
Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya
aku pulang kantor dan segera meluncur ke
Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di
kantor, aku mandi dan membersihkan diri
setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan
mandi, memang setiap hari aku membawa
karena memang aku sering olahraga setelah jam
kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku
yang butut di lantai 3. Jam ditanganku
menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku
segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan
Maya.
Aku segera mengambil tempat duduk disisi
pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir
mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini.
Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola
mataku berhenti pada seorang wanita setengah
baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan
aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas.
Wajahnya yang lumayan putih, membuat aku
tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha
menjelajahi pemandangan yang sangat
menggiurkan di depanku. Kakinya yang jenjang,
ditambah dengan belahan pahanya yang putih di
balik rok mininya, membuat semakin aku
gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya
aku jika orang tersebut adalah Maya yang
menghubungi aku siang tadi.
Disaat aku membayangkan sosok di depan
mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan
menghampiri tempat dudukku. Dadaku
berdegup kencang ketika dia benar-benar
mengambil tempat duduk semeja dengan aku.
“Maaf, kamu Dandy ya ?” tanyanya sambil
menatapku.
“Iy… iyaa… Kamu Maya ?” tanyaku balik sambil
berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk
bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika
tangannya yang halus meremas tanganku
dengan halus.
“Silahkan duduk May” kataku sambil menarik
satu bangku di depanku.
“Terima kasih” kata Maya sambil tersenyum.
“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung
kesini ?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang
Dandy” jelasnya.
“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang
cakep ini kamu ?” kataku sambil senyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun
yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami
berdua saling canda, saling menggoda dan
sesekali bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex.
Lesung pipinya yang dalam, menambah
sempurna saja wajahnya yang semakin matan.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau
Maya adalah seorang wanita yang sedang tugas
di Surabaya. Maya adalah seorang pengusaha
dan kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.
“May, kamu kenal Via dimana ?” tanyaku
mnyelidik.
“Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via
sering online bersama. Dan kami terbuka satu
sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk
kisah rumah tangga, bahkan masalah sex
sekalipun.” mulut mungil Maya menjelaskan
dengan penuh semangat.
“OOo, begitu…” kataku sambil manggut-
manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku
berencana menginap 3 hari, sampai urusan
kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi
karena ada acara keluarga, mungkin besok baru
bisa dateng” jelasnya kembali.
“Memang Mbak Maya nginap dimana?” tanyaku.
“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di
bookingin di Hotel E…” jelasnya.
“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku
menyelidik.
“Ya sendirilah, Dandy… Makanya saat itu aku
tanya Via” kata Maya.
“Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa temanin aku
selama di Surabaya” kata Maya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu”
lanjutnya.
Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul
21.15 wib, dan aku liat sekelilingku pertokoan
mulai sepi karena memang sudah mau tutup.
“Dan… Kamu mau anter aku balik ke hotel?”
tanya Maya.
“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Maya
sendirian balik ke hotel” kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju
parkiran mobil dan segera meluncur ke Hotel E…
Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan
Plasa.
Aku dan Maya bergegas menuju lift untuk naik
ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor
306, Maya menawarkan aku untuk masuk
sejenak. Bau parfum yang menggugah syaraf
kelaki-lakianku serasa berontak ketika aku
berjalan di belakangnya.
“Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu” kata
Maya sambil melempar tas kecilnya, diatas
ranjang.
Mataku menyelidik, apakah benar Maya sendirian
dalam kamar. Dan memang benar kelihatannya
dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang
masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun
yang berada di atas ranjang. Saat mataku masih
asyik menjelajahi ruangan kamar Maya, tiba-tiba
sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya
mengenakan sehelai handuk yang menutupi
tubuhnya yang molek.
“Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di
bathup nggak bisa dibuang” kata Maya sambil
tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan
menuju kamar mandi. Ketika aku melewati
tubuh Maya, mataku yang nakal sedikit mencuri
pandang di belahan dada Maya yang terkesan
menyembul keluar karena terhimpit ketatnya
handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun
lux kuning merasuk menusuk hidungku, aku
segera menuju bathup yang dimaksud oleh
Maya.
Aku menggunakan tangkai sendok untuk
mencungkil karet penutup bathup yang
memang rapat sekali. Aku berusaha membuka
secepatnya karena pikiran kotor mulai menjejali
otakku. Dan akhirnya”sswaaassshhh…” suara air
langsung keluar ketika karet penutupnya sudah
terlepas.
“Oke May… Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin
mandinya” kataku sambil masih membelakangi
tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku.
Ketika aku membalikkan badanku, betapa
kagetnya aku dengan pemandangan di depan
mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh
handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi.
“Ma-Maaff.. Aku mau keluar May” kataku gugup.
Maya tidak menjawab dan bahkan tidak
memberiku jalan. Wanita itu langsung
berhamburan memeluk tubuhku, dan
merangkul leherku dengan erat.
“Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan
sex kamu” aroma bau mulutnya yang segar,
membuat jantungku semakin berdetak kencang.
“Mmm, anu Mbak… Mungkin Via terlalu
berlebihan” kataku.
“Berikan aku kenikmatan itu Dan…” sambil
berkata demikian, bibir mungil Maya langsung
mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa
menggeliat mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi,
langsung menyambut keliaran lidah Maya.
Tanganku yang tadi hanya berdiam diri,
sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya
yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku
merasakan dadanya yang montok mendesak
dadaku yang bidang. Sesekali tanganku mulai
semakin berani menjelajahi pinggul Maya,
pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun
sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas
pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat
nafsu Maya semakin naik.
Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa
birahiku yang mulai merangkak ke kepalaku.
Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk
bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.
“Ooohh.. Dandy… Geelli…” desah Maya.
Serangan bibirku semakin menjadi di leher Maya,
sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti
jilatan lidahku.
Setelah aku puas dilehernya, aku mulai
menurunkan tubuhkan sehingga bibirku
sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit
kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku
semakin terbawa dalam aliran birahi yang
meledak-ledak, bibir Maya yang mulai terasuki
nafsu birahinya sendiri mulai ganas melahap
bibriku.
Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih
untuk membuka semua kancing yang
menempel di hem yang aku kenakan.
Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai
menjalar ke arah leherku dan sesaaat kemudian
bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan
lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin
menyisakan sedikitpun dada bidangku.
Darahku mendesir hebat hingga membuat aku
terangsang hebat, ketika lidahnya menari di
puntingku. Daerah yang paling sensitif di
tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku
secara sepontan.
“Ohh… May… Aaakh” aku merintih sambil
menekan tengkuknya ke dada bidangku.
Maya benar-benar sudah di kuasai oleh birahi
yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku
sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata
Maya sudah melepas jeans yang aku pakai
sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya
menganakan celana dalam saja.
Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan
sampailah lidahnya memainkan pusarku.
Tangannya meremas kedua pantatku sehingga
aku benar-benar terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih, giginya
berusaha menarik celana dalamku dari depan.
Kedua tanganya dengan mudah menarik cd ku
dari belakang.
“Gila… Pantes Via puas, habis penismu gede
seperti ini” kata Maya memuji.
Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan
diri dari belenggu cd yang membatasinya
akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan
melihat Maya yang sedang tertegun dengan
besarnya penisku. Penisku berdiri tegak sekali
dan sesaat kemudian.
“Mmm… Srup… Sruppp” mulut Maya yang
mungil mulai mengulum batang penisku.
“Aakhhh… May… Nikmmaat… Sekkalii” rintihku.
Tanganku menekan dalam-dalam kepala
belakang Maya, utnuk memudahkan bergerak
maju mundur dan ketika penisku benar-benar
terlean dalam mulut Maya, kenikmatan yang luar
biasa aku rasakan ketika ujung penisku menthok
pada dasar mulut Maya.
“Sss… Maaayyy… Uhhh” aku mendesah
kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan
eranganku, wanita itu denagn buasnya
mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral
batang kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.
Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya bangkit
dari posisi pertama yang sebelumnya jongkok di
bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak
aku sia-siakan untuk mendorong tubuhnya
sehinga tubuh Maya terduduk di kloset. Aku
langsung jongkok dan membuka kedua pahanya
yang putih. Lubang vaginanya yang memerah
dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu
lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya,
membuat tubuhku berdesir hebat. Tanpa
menunggu lama lagi, lidahku langsung aku
julurkan ke permukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut
yang tubuh disekitar selangkangannya untuk
memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Sss… Dandyy… Nikmaat sekali… Ughhh” rintih
Maya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat
menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya.
Gerak tubuh Maya yang terkadang berputa-putar
dan naik turun, membuat lidahku semakin berani
menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.
“Daanndy… Gilaaa banget lidah kamu…” rintih
Maya.
“Terus… Sayang… Jangan lepaskan..” pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang
vaginanya, sesekali aku memancing clitorisnya
untuk segera keluar dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga
memudahkan lidahku untuk menjilat,
mengulum, dan sesekali menghisap dalam-
dalam clitorisnya. Aku perhatikan Maya merem
melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali
aku perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir
bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang
bergejolak di hatinya.
“OOhh… Dandy, aku nggak tahan… Ugh…”
rintihnya.
Semakin Maya merintih, mendesah dan
mengerang, semakin membuat nafsuku
bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan
yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu
untuk menjilatinya.
“Danddy… Danddyy… Ooogghhh…” Maya
merintih panjang.
Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang,
dan terasa pahanya menggapit kepalaku dengan
kencang. Jari nya yang lentik meremas
rambutkuyang sedikti gondrong.
Maya terpejam sejenak menikmati lelehnya
cairan yang meluber dari lubang vaginanya,
lidahku tiada henti menerima luapan cairan
bening yang wangi tersbut. Seakan-akan aku
tidak peduli dengan orgasme yang didapat Maya
pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan
tersebut sudah bersih, aku membimbing tubuh
Maya yang masih lemas. Aku mendekap tubuh
Maya dari belakang, kami berdua menghadap
cermin.
“Ohh… Dandy…” Maya mendesah ketika lidahku
mulai menyentuh bagian belakang telinganya.
Tangannya menggapai leherku, dan tanganku
sepontan meraih buah dadanya dari belakang.
Dengan sentuhan yang sangat halus, pantatnya
yang sintal bergerak memutar di gesekan batang
kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari
telunjuk kananku bergerak menggesek clitoris
Maya yang sduah mulai basah kemabli.
“Danddyy…” Maya kembali mendesah.
Peralahan aku mengangkat kaki kanan Maya dan
aku sandarkan di wastafel kamar mandi.
Sehingga Maya hanya berdiri dengan satu kaki
saja, batang kemaluanku sudah mulai mencari
lubang kewanitaan Maya dan sekali hentak.
“Bleesst…” kepala penisku mengoyak vagina
Maya.
“Aowww… Giillaaa… Besaar sekali Dan… Punya
kamu” Maya merintih.
Perlahan aku beregark maju mundur di lubang
vagina Maya, sampai akhirnya aku merasakan
cairan yang cukup di lubang vagina Maya. Sekali
tekan “blesss” seluruh batang kemaluanku
masuk dalam lubang senggama Maya dan
bersama dengan itu, tubuh Maya sedikit
terangkat.
“Hekk… Dannndyyy… Nikmattt sekaliii… Oooh”
Maya merintih kembali.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat
tubuh Maya menggelinjang hebat dan sesekali
memutar pinggulnya sehingga menimbulkan
kenikmatan yang luar biasa di batang
kemaluanku.
“Danddy… Jangan berhenti sayang… Oogghhh”
pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang
begitu menikmati tusukan batang kemaluanku
semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung
penisku bergerak masuk sampai di ujung
kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang kepalanya
kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang
menghujam dalam pada lubang kewanitaannya.
Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar
Maya dan sesekali membantu pinggul Maya
utnuk berputar-putar.
“Danddy… Kamu.. Memang… Jagoo… Ooohhh”
tangan Maya bersandar di cermin sedangkan
kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping
kiri kanan seperti orang yang lagi triping.
Beberapa saat kemudian Maya seperti orang
kesurupan dan ingin memcau birahinya
sekencang mungkin. Aku berusaha
mempermainkan birahinya, disaat Maya semakin
liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan
aku kurangi sampai seperti gerakan lambat,
sehingga centi demi centi batang kemaluanku
terasa sekali mengoyak dinding vagina Maya.
“Danddy.. Terus… Sayanggg… Jangan
berhenti…” Maya meminta.
Permainanku tersebut benar-benar memancing
birahi Maya untuk mencapai kepuasan birahinya.
Sesaat kemudian, Maya benar-benar tidak bisa
mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.
“Danddyyy… Aakuuu.. Kelluuarr… Aaakkhkhh..
Goyang sayang” rintih Maya.
Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar
yang patah-patah, membuat birahi Maya
semakin tak terkendali.
“Dann… Ddy… Aaammmppunnn” rintih Maya
panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku
menekan penisku dengan dalam hingga mentok
dilangit-langit vagina Maya. Aku merasakan
semburan cairan membasahi seluruh batang
kemaluanku.
“Creek… Crek… Crek…” suara penisku masih
bergerak keluar masuk di lubang vagina Maya.
Aku semakin tidak peduli dengan Maya yang
sudah mendapatkan kedua orgasmenya, karena
aku sendiri lagi berusaha untuk mencari
kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki
kanan Maya yang pada posisi pertama aku
naikkan ke atas wastafel.
Posisi Maya, sekarang sedikit menungging
dengan posisi berdiri. Penisku yang masih
tertancap pada lubang vaginanya langsung aku
hujamkan kembali ke lubang vagina Maya.
“Ohh.. Dandyyy… kamu.. memang… ahli..” kata
Maya sambil merintih.
Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul
Maya dan menekan tubuhnya supaya penisku
bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
“May… vagina kamu memang asyik banget”
pujiku.
“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?”
tanyaku.
Maya hanya tersenyum dan kembali
memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku
terasa dipijat oleh vagina Maya dan hal tersebut
menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Permainan sexku benar-benar bisa diterima
Maya karena ternyata wanita tersebut bisa
mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan
kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak
birahiku.
“May… Aku mau.. Keluuar…” kataku mendesah.
“Aku juga sayang… Oooh… Nikmat terus…
Terus…” Maya merintih.
“Dandyy… Keluarin didalam… Aku ingin rasain
semprotan kamu…” pinta Maya.
“Iya May… Ooogh… Akakhh…” rintihku.
Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Maya
semakin kencang, semakin cepat dan semakin
liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
“Danddy… Aku… Aku… Nggaak kkuaat… Aaakhh”
rintih Maya.
“Aku juga May… Oohh… Maaayyy” aku merintih.
“crut… Crut… Crut…” spermaku muncrat
membanjiri vagina Maya.
Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar,
beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina
Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan
tubuhku.
“Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago
banget dalam urusan sex. Kamu memang luar
biasa” kata Maya merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan
sepenuh hatiku saja” kataku merendah.
“Kamu luar biasa…” Maya tidak meneruskan
kata-katanya karena bibirnya yang mungil
kembali menyerang bibirku yang masih
termangu.
Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam
bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di
pancuran shower membuat tubuh Maya yang
molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu
yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut.
Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari
perlengkapan bag shop punya Maya. Aku
mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh
Maya, sesekali jariku yang nakal memilin punting
Maya.
“Ughh.. Danddy…” Maya merintih dan bergetar
saat aku permainkan puntingnya yang
memerah.
Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua
berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa
kali Maya seorang wanita yang sedang butuh
kehangatan mendapatkan orgasme. Kami
memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua
memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.
Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan
pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik
kerumah karena celullerku berapa kali tadi
berbunyi.
Aku meninggalkan Hotel E… Sambil menikmati
sisa-sisa kenimatan yang sudah di tinggalkan
oleh permainan tadi.


Adult | GO HOME | Exit
1/1148
U-ON

inc Powered by Xtgem.com